|
SP/Ikhsan Mahmudi |
IKAN merupakan potensi utama Pulau Giliketapang, Kabupaten Probolinggo. |
|
|
|
PROBOLINGGO
- Terkait proyek listrik via kabel bawah laut, Pemkab Probolinggo telah
menyiapkan tata ruang bagi Pulau Giliketapang. Pulau seluas 58 hektare
itu memang dikhususkan untuk permukiman, ditambah usaha kecil pengolahan
ikan, dan pariwisata.
“Dilihat dari jumlah penduduknya yang mencapai 9.120 jiwa atau setara
2.510 kepala keluarga (KK), Pulau Giliketapang didominasi permukiman.
Penataan permukiman itulah yang diutamakan,” ujar Kepala Bappeda
Kabupaten Probolinggo, Dewi Korina, Rabu (4/4) pagi tadi.
Untuk ukuran desa, kata Dewi, Giliketapang tercatat sebagai desa paling
padat penduduknya di Jatim. Dengan luas tanah 580.000 meter persegi (58
hektare), rata-rata setiap KK di Giliketapang mendiami sekitar 200
meter persegi tanah. Sebenarnya rata-rata riilnya ini lebih kecil karena
masih dikurangi areal pantai (hamparan pasir), pemakaman, dan jalan.
Mantan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) ini menambahkan, masalah
sanitasi menjadi masalah serius yang harus dibenahi di pulau yang 90%
penduduknya nelayan itu. Dicontohkan, bukan perkara mudah menangani
sistem drainase dan pembuangan sampah domestik (sampah rumah tangga) di
pulau karang itu.
Berdasarkan pengamatan, pantai sekeliling pulau yang berjarak sekitar 3
mil laut dari pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo itu tampak
kumuh. Selain dedaunan, serpihan kayu, sampah plastik berserakan di
pantai Giliketapang.
“Bahkan pernah setelah banjir lahar dingin dari Gunung Bromo, sampah
berupa ranting dan dahan pohon teronggok di perairan laut antara
Probolinggo-Giliketapang,” ujar Sumari, warga Giliketapang.
Selain permukiman, perlu penataan terkait industri kecil pengolahan
hasil laut (ikan) di Giliketapang. “Soalnya perikanan tangkap menjadi
gantungan hidup warga Giliketapang,” ujar Dewi.
Pulau Giliketapang juga menyisakan wisata bahari dan spiritual. Ujung
pulau di sisi barat yang berbentuk ekor kecebong menawarkan pantai
landai dengan pasir putihnya.
Sementara
di ujung timur menawarkan wisata ziarah (spiritual) dengan Gua
Kucing-nya. Giliketapang juga menawarkan wisata petualangan seperti
menyelam dan memancing.
Soal perlunya pengembangan Giliketapang dari sisi perikanan dibenarkan
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK), Deddy Isfandi. “Giliketapang
dengan sekitar 3.000 nelayan menghasilkan 3-4 ton ikan per hari,”
ujarnya.
Selain gudang pendinginan (cold storage),
industri pengepakan ikan diperlukan di Giliketapang. ”Ikan kering jenis
jenggelek dari Giliketapang kualitasnya paling bagus karena dijemur di
terik matahari, perlu packing yang baik sebelum dipasarkan,” ujar alumni S-2 ITS Surabaya itu.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Tutug
Edi Utomo berterus terang, Giliketapang memang belum secara resmi
ditawarkan ke wisatawan. “Jujur kami katakan, kami belum tahu berapa
banyak wisatawan ke Giliketapang,” ujarnya.
Dikatakan Giliketapang masih kalah populer dibandingkan objek wisata
bahari seperti Pantai Bentar. Apalagi dibandingkan dengan Gunung Bromo,
yang sudah diakui dunia. “Kelak dengan adanya listrik, potensi wisata
Giliketapang bisa dikembangkan,” ujar Tutug. isa
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar