Halaman

Rabu, 04 April 2012

Harga BBM Pengaruhi Industri Pariwisata Raja Ampat.

Jakarta - Wisata selam Raja Ampat telah dikenal hingga ke penjuru dunia. Sejumlah wisatawan mancanegara pernah berujar, "Kalau belum diving di Raja Ampat, belum disebut diver". Namun tingginya harga bahan bakar minyak (BBM), menjadi masalah dalam perkembangan wisata selam di Raja Ampat.


"Karena Raja Ampat merupakan kota kepualauan, maka semua objek pariwisata ada di pulau. Yang membuat biayaya mahal adalah kita harus menjangkau dari satu pulau ke pulau menggunakan kapal," tutur Kepala Bidang Destinasi Pemerintah Kabupaten Raja Ampat Nico Ramandei, dalam pameran "Deep and Extreme Indonesia 2012", di Jakarta Convention Center, pada pekan lalu.

Nico menambahkan, harga satu liter BBM mencapai sekitar Rp 9000. Di mana untuk mencapai tempat selam jarak pendek, dibutuhkan sekitar 200 liter. Ongkos tersebut jelas memberatkan bagi para wisatawan yang hendak berlibur di kabupaten kepulauan tersebut.

Berbeda dengan tarif maskapai penerbangan, yang menurutnya masuk dalam kategori "relatif" dengan jarak yang ditempuh. Wisatawan asal Jakarta, sebelumnya harus transit di Makasar, lalu menuju ke Sorong. Tiket pesawat pulang pergi Jakarta-Sorong-Jakarta, menurut Nico, bisa mencapai sekitar Rp 2,5 juta.

Raja Ampat memiliki sekitar 1800 pulau, termasuk karang yang muncul sebagai pulau. Luas daerah ini mencapai 48 ribu ha. Raja Ampat telah dikenal sebagai tujuan wisata diving sejak 1994. Namun, nampaknya wisatawan mancanegara lebih mengenal tampat ini daripada wisatawan Indonesia.

Nico mengungkapakan, jumlah pengunjung untuk tahun 2011, sekitar 6000 ribu wisatawan asing, dan 1500 wisatawan Indonesia. Pada tahun ini, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat menargetkan peningkatan hingga 20%.

Untuk infrastruktur, Raja Ampat memiliki hotel dan penginapan yang dapat menampung hingga 500 orang. Namun, biasanya wisatawan yang ingin diving menginap di pinisi ataupun resort milik operator land base. Nico menyatakan, saat ini, Raja Ampat telah memiliki 6 operator land base, yang terdiri dari 4 swasta asing, 1 swasta lokal, dan 1 milik pemerintah.

Nico mengngkapkan, sebenarnya Raja Ampat juga memiliki potensi wisata darat seperti tracking dan wisata burung. Namun, nampaknya ada stigma di masyarakat bahwa Raja Ampata adalah untuk diving.

"Yang jelas Raja Ampat sekarang adalah tujuan wisata diving. Sekarang, mata dunia sedang menuju ke sana. Kita memiliki mimpi, bahwa Raja Ampat kedepan dapat menjadi tujuan driver dunia, tidak hanya Indonesia Timur, tetapi juga dunia" demikian Nico. [WS]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar